Seperti langit yang terkoyak oleh petir
Seperti itulah hati ku ketika engkau mungkir
Manisnya cinta bercampur pahit getir
Bayangan dirimu seakan abadi terukir
Cintamu cantik bagaikan pelangi
Begitu indah namun hanya ilusi
Jeritan dan rintih tiada erti
Kini aku kau tinggalkan menunggu mati
Jiwaku kosong ketika ia pun pergi
Begini aku sekarang sendiri
Menatap langit dengan airmata di pipi
Langit pun menangis tak henti
Mengantikan aku yang lelah menanti
Hampa mendera diriku
Kesal, kecewa dan benci meliputi auraku
Namun apa dayaku
Harus kuterima kata-kata nyata darimu
Masih teringat jelas dibenakku
Kau letakkan aku sebagai salah bagimu
Tanpa rasa hiba kau tidak membelaku
Tanpa rasa kasihan kau menghukumku
Denyutan nadiku terhenti-henti kurasa
Seluruh jiwaku memercik darah luka
Kau melihatku dengan mata terbuka
Senyum bangga tanpa sepatah kata
Kini aku hanya mampu mendengar nafasku
Yang termengah-mengah mengais setitik hidup
Sisa-sisa nyawa yang kian sirna
Aku letih Ya-Allah.....
Biarlah aku melepaskannya
Kini dari tepi sungai kehidupanmu
Engkau selalu meratapi sebuah batu
Batu kusam yang kian hilang oleh waktu
No comments:
Post a Comment